"Pemerkosaan" Teater SMA

Penampilan Teater Tewol SMAN1 Lamongan

Menggarap komunitas teater sekolah setingkat SMA adalah bukan hal yang biasa, Bermain teater bukan hanya tentang gerak dan suara tapi juga tentang jiwa, maka jika jiwa mereka sudah dapat kita pegang sudah pasti gerak dan suara merekapun akan mampu kita arahkan, persoalannya dimana letak jiwa anak usia SMA?Sedangkan mereka sendiri masih butuh penegasan kondisi psikologi antara anak-anak, remaja, atau dewasa.
Disinilah letak sebuah tantangan pelatih Teater tingkat SMA diuji untuk memahami satu-persatu karakter dan kondisi kejiwaan mereka. Karena tentu setiap anak memiliki kondisi mental dan kecerdasan yang berbeda-beda. Bahkan keadaan itu juga dipengaruhi oleh status sekolah dan letak geografis sekolahnya. Anak SMA, MA, dan SMK pasti berbeda. Status sekolah Negeri, swasta dan yang berada di lokasi pondok pesantren juga sangat berbeda, sekolah di desa dan di kota juga pasti sangat berbeda. Oleh karena itu pelatih harus bisa membedakan dan tidak kolot dengan metode dan teori berteater yang dipahaminya, kemudian memilih cara penanaman motivasi sesuai kemampuan, cara fikir, dan kondisi psikologi dan baru kemudian memilih teknik dan metode yang tepat untuk para anggota teater sekolah.
Sehingga diharapkan tidak ada "pemerkosaan" kejiwaan mereka dalam berproses maupun menentukan naskah dan konsep pertunjukan teater sekolah yang memiliki keadaan jauh berbeda dengan kondisi kejiwaan dan selera pelatih yang notabene lebih dewasa.
Maka idealis dalam berteater sang pelatih harus dibuang jauh, karena bagaimanapun juga anak-anak seusia SMA memiliki potensi khusus yang jika mampu ditemukan dan dikembangkan dalam sebuah proses pertunjukan teater akan dapat menampilkan hal yang bahkan bisa melebihi kemapuan berteater komunitas teater mahasiswa.
Anak-anak anggota teater sekolah tidak memiliki waktu panjang untuk mematangkan diri dalam berproses teater, praktis mereka hanya memiliki 2 tahun efektif dalam belajar. Tapi jangan jadikan ini alasan untuk membentuk mereka menjadi generasi pelaku teater yang instan. Proses panjang harus tetap dilakukan tentu dengan intensitas tinggi tanpa menimbulkan rasa keterpaksaan dan rasa membosankan bagi mereka, kembali lagi pegang hati dan jiwa mereka untuk dapat mengarahkan setiap gerak, suara, dan rasa mereka menjadi komunitas teater yang baik yang mampu mempertunjukkan teater yang baik sesuai kapsitas usia ke SMA-an mereka.

21.01.19

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Naskah Teater Realis Disaster

Naskah Surealis "FAILED"

Naskah Monolog Pendek "Aku Ibumu" A. Shodiq