Naskah Teater Realis "SAMA DENGAN BEDA"



Oleh: A.Shodiq
Pemain:
1. Ibu
2. Wulan
3. Sari
4. Yanti
5. Diana
BABAK I
MUSIK MENGALUN PELAN, CAHAYA LAMPU PERLAHAN TERANG
Ibu:
 (terlihat termenung memandangi foto alamrhum suaminya)
Sari:
(masuk terlihat pulang dari sekolah) assalamu’alaikum
Ibu:
(kaget. Meletakkan foto suaminya) waalaikum salam
Sari:
(bersalaman, dan Nampak bosan) Ibu selalu memandangi foto ayah. Ada apa? Ibu rindu?
Ibu:
ya jelaslah nak, siapa yang tidak rindu jika ditinggal orang yang dicintai
Sari:
iya sih bu, aku juga sangat merindukan ayah. Tapi bagaimana lagi, kita hanya bisa mendoakannya semoga ayah bahagia di alam sana. Dan suatu saat kita dapat berkumpul lagi di surge.
Ibu:
(hanya terdiam. Seperti ada yang difikirkan) mungkin ayahmu belum begitu tenang
Sari:
kenapa Ibu bilang begitu?
Ibu:
sejak dulu, ayahmu ingin sekali memiliki seoarang anak laki-laki. Tapi…..
Sari:
sudahlah bu, sari juga tahu tentang hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? Tuhan lebih mempercayakan dua orang putri cantik untuk dianugerahkan kepada Ibu. Toh nantinya juga akan dapat menantu laki-laki.
Ibu:
itu juga yang sering Ibu katakana kepada ayahmu untuk mengiburnya. Nantinya juga akan dapat anak laki-laki suami anak-anak kita. Tapi kau tahu sendiri, kakakmu usianya sudah lebih dari 25 tahun. Dua tahun yang lalu ketika ayahmu masih ada, sudah ibu coba untuk memintanya segera menikah agar segera ada sosok laki-laki yang selain ayahmu di rumah ini. Sampai ayahmu meninggal dan sampai sekarang semua itu belum terwujud. kakakmu itu kira-kira nunggu apa lagi? Sarjana sudah. Dia juga sudah sukses menjadi wanita karir. Lalu apa lagi yang dia tunggu.
Sari:
mungkin mbak wulan masih mencari yang cocok bu.
Ibu:
lalu suami yang bagaimana yang diinginkan? Kalau Ibu yang mencarikan Ibu takiut malah Wulan tidak suka…
Wulan:
(masuk) assalamu’alaikum
Ibu & Sari:
waalaikum salam
Wulan:
(bersalaman dan meletakkan tas dan hp yang tadi dipegang di atas meja)
Sari:
(mendahului perbincangan) nah itu orangnya. Tanya saja sendiri bu! Sari mau ke kamar dulu.
Wulan:
(seolah menghalangi sari) eh, ada apa ini?
Sari:
Tanya saja sama ibu sendiri. sari ganti baju dulu! (keluar)
Wulan:
ada apa sih bu?
Ibu:
(memandang foto suaminya, lalu menghela nafas besar) tidak ada apa-apa.
Wulan:
oh.. tentang laki-laki lagi?
Ibu:
(mengangguk)
Wulan:
(menghela nafas dan sedikit tersenyum) pasti Ibu sudah lelah membicarakan tentang itu!
Ibu:
hampir setiap hari
Wulan:
setiap kita bertemu bu
Ibu:
lalu?
Wulan:
masih tetap sama
Ibu:
dulu masih focus kuliah, setelah kuliah, masih ingin kerja, setelah dapat kerja belum ada keinginan,  terus belum ada yang cocok. Lalu sekarang apa alasannya?
Wulan:
tenanglah bu, kalau sudah saatnya pasti akan terjadi kok
Ibu:
ibu bisa tenang. Almarhum ayahmu? tidak akan..
Wulan:
 Ibu sok tahu, ayah di sana pasti mengerti kok
Ibu:
(merayu) ayolah nak, masa tidak ada lelaki yang mendekatimu?
Wulan:
banyak bu
Ibu:
lalu?
Wulan:
tidak ada yang cocok.
Ibu:
tidak cocok bagaimana?
Wulan:
yang ganteng matre, yang kaya jelek, bau, brewok, item
Ibu:
atau barangkali kamu suka sama seseorang? Siapa? Siapa? Ngomong sama Ibu!
Wulan:
(berfikir sejenak) tidak ada bu.
Ibu:
barangkali Kalau kamu tidak berani ngomong biar Ibu yang menyampaikan. Ayao siapa?
Wulan:
(lebih berfikir) tidak bu, tidak ada ya tidak ada
Ibu:
tapi matamu mengisyaratkan lain. Hayo siapa?
Wulan:
aduh… Ibu ini, sudah sok tahu tentang perasaan ayah, sekarang sok tahu tentang perasaanku. Tidak ada bu.
Sari:
(masuk)
Wulan:
(merspon sari) begini saja bu, kalau memang ibu sudah tidak sabar. Dan dari pada sari kalau sekolah pacaran saja. Lebih baik sari saja bu yang segera dinikahkan (Mengejek sari)
Sari:
eh, enak saja….
Wulan:
(sambil masih bercanda) sudahlah, aku ganti baju dan istirahat dulu. Capek..  (hanya mengambil tas, hpnya ketinggalan. mengejek sari lalu keluar)
Sari:
bagaimana bu?
Ibu:
ya tetap seperti biasanya. Banyak alasan.
Sari:
sabarlah bu
Ibu:
(diam sejenak) sari,
Sari:
ya bu
Ibu:
jika kamu putus sekolah, lalu menikah…. Bagaimana?
Sari:
(kaget) bu, sari masih kecil, ibu jangan bercanda
Ibu:
kalau begitu kalau sudah lulus SMA bagaimana?
Sari:
sarikan juga ingin kuliyah bu
Ibu:
Ibu itu……..
(ada Suara dering whatsapp HP Wulan di Meja)
Sari:
hp kak wulan bu. Biar aku antar ke kamarnya (diambil lalu berdiri. Dan berjalan ke arah keluar. Lalu berhenti. Dan memandang Ibunya)
Ibu:
(memandang sari seolah mengisyaratkan agar hp itu dibawa kembali)
Sari:
(bergegas duduk di samping Ibunya, lalu membuka hp wulan) pesan WA dari sayang….
Ibu:
ssssssst! jangan keras-keras nanti terdengar kakamu. Coba lihat isinya!
Sari:
ibu yang tanggung jawab ya…
Ibu:
iya. Ayo cepat!
Sari:
sayang, kangen, (menggeser-geser hp) isinya sayang-sayangan saja bu. Sayang cium, sayang peluk.
Ibu:
sudah jangan dilihat isi pesannya. Kamu belum cukup umur. Coba lihat nama kontaknya siapa?
Sari:
sayang
Ibu:
wah?..... foto profilnya?
Sari:
gambar hati bu
Ibu:
coba lihat di galeri, barangkali ada fot-fotonya
Sari:
ya sebentar bu
Ibu:
(senyum – senyum)
Wulan:
(masuk tergesa-gesa, mengahpiri sari dan merebut hp di tangan sari) apa-apaan ini? (memeriksa hpnya dan sedikit ketakutan)
Sari:
cie…. Sayang…. Kangen….
Wulan:
(semakin takut)
Ibu:
begitu bilangnya tidak ada yang dekat, tidak ada yang suka.
Wulan:
(semakin panic)
Sari:
kontaknya namanya sayang, profilnya gambar hati
Ibu:
Sudah, tidak perlu dirahasiakan lagi. Dari chat di hp sepertinya kalian sudah sangat dekat
Sari:
siapa kak? (menggoda)
Wulan:
(semakin panic) bu…
Ibu:
sudah nak, Ibu ingin kamu mengajak dia ke sini. Kalau perlu sekalian orang tuanya
Wulan:
tapi….
Ibu:
tapi Ibu harus segera menemuniya. Karena Ibu sudah tidak sabar untuk memenuhi keinginan almarhum ayahmu. Kapan orang tua dan kekasihmu itu akan ke sini?
Wulan:
ibu sudah siap?
Ibu:
lair batin
Wulan:
ibu akan mersetui kita?
Ibu:
ya…
Wulan:
apapun yang terjadi?
Ibu:
tekat Ibu sudah bulat untuk segera dapat menantu.
Wulan:
baik, karena ayahnya juga telah meinggal, besok Ibunya akan ke sini
Ibu:
calonmu?
Wulan:
(hanya diam)
Ibu:
ya diajak sekalian. Ibu kan ingi kenal juga…
Wulan:
baiklah… besok mereka akan ke sini
Ibu:
nah… begitu (memeluk anak-anaknya) Ibu sangat bahagia. (melepaskan pelukan) kalau begitu Ibu akan siapkan semuanya. Sari, kamu bantu Ibu. Wulan, temui dia dan orang tuanya sekarang, katakana bahwa Ibu besok menunggunya. Ayo sari (pergi bersama sari)
Wulan:
(bingung)
MUSIK MENGALUN LAMPU PERLAHAN MATI
BABAK II
LAMPU PERLAHAN MENYALA DAN MUSIK SEMAKIN HABIS.
Ibu:
(Terlihat berpakaian rapid memandangi foto suaminya dengan tersenyum)
SUARA ORANG MENGETUK PINTU
Ibu:
(bergegas menuju ke pintu) Yanti?
Yanti:
Ratih?
Ibu:
mari-mari masuk! (Mengajak Yanti masuk dan terlihat di panggung) apa kabar sudah lama tidak ketemu?
Yanti:
ya beginilah Janda beranak satu. Banyak godanya
Ibu:
suamimu kemana?
Yanti:
(tediam) kita sudah bercerai sejak anakku masih kecil. (menerawang) Dia suka mabuk, kasar, suka , suka main tangan, tidak ada sayang-sayangnya pada keluarga. Jadi ya, janda lebih baik.
Ibu:
ehm….. sabar ya!.
Yanti:
kamu sendiri bagaimana? Saya juga sempat dengar kalau kamu juga janda baru
Ibu:
iya. Ah sudahlah. Kan gak enak kalau saat-saat seperti ini kita jadikan ajang curhat yang sedih-sedih. Ngomong-ngomong…… (lalu berfikir dan mencoba menebak) jadi kamu akan jadi besanku?
Yanti:
sepertinya begitu. Aduh aku senang sekali.
Ibu:
jadi kamu sudah ketemu dan kenal anakku?
Yanti:
belum, aku Cuma dapat pesan dari anakku kalau aku disuruh ke sini menemui orang tua pacarnya. Katanya sekarang mereka masih kerja dan sebentar lagi kesini.
Ibu:
oh…. Jadi mereka kan sudah besar. Lagipula kita sudah saling kenal baik. Memang lebih baik kita segera menikahkan mereka.
Yanti:
betul itu. Aduh mana sih mereka belum juga datang?
Ibu:
iya, aku juga penasaran sama anakmu
Yanti:
aku juga. Kalau lihat Ibunya pasti anakmu…. Ganteng, sholeh, gagah.
Ibu:
(bingung)
Wulan & Diana:
(MAsuk)
Ibu:
wulan?
Yanti:
Diana?
Ibu:
Maksudnya apa ini?
Diana:
saya pacarnya wulan tante
Ibu:
(tidak percaya) wulan, jangan bercanda!
Wulan:
Ini serius bu
Yanti:
Diana, (juga tidak percaya) coba jelaskan pada Ibu, apa ini semua?
Diana:
saya mencintai wulan dan wulan mencintai saya, kita di sini ingin mendapat restu kalian
Yanti:
Ibu masih tidak mengerti. Diana, apa ini?
Wulan:
maaf tante, bu,  kami sadar bahwa ini semua memang tidak semestinya. Itu alasan kenapa kami tidak pernah mengatakan yang sebenarnya. Tapi semua pasti akan tahu pada waktunya. Dan kami fikir ini adalah saat yang tepat…
Diana:
aku dan wulan sangat saling mencintai Bu, tante, aku merasa rindu jika jauh dari wulan, aku nyaman di dekatnya, dia bisa jadi pelindungku. Dan kami tidak ingin dipisahkan. Aku mohon kepada kalian tolong restui hubungan kami!
Ibu:
lalau apa kata orang-orang nanti ?
Wulan:
mengapa Ibu lebih memikirkan orang lain daripada perasaan anaknya sendiri? Ini pilihan kami bu.
Yanti:
agama dan Negara saja tidak membenarkan ini semua
Wulan:
tapi surge ada di telapak kaki Ibu. Kalian adalah Ibu kami, restui kami maka surge milik kami, dan tidak aka nada yang salah pada kami.
Ibu:
tidak sesederhana itu Wulan….
Wulan:
Tuhan maha cinta Maha Sayang kepada siapapun tanpa pilih-pilih. Aku mencintai Diana, aku menyayangi Diana. Begitu juga Diana yang mencintai dan menyayangiku.
Yanti:
tidak, ini tidak boleh terjadi. Ini tidak semestinya….
Diana:
lalu Ibu ingin bagaimana?
Yanti:
seharusnya jang kalian cintai dan sayangi adalah seorang laki-laki
Diana:
aku tahu bu, aku juga ingin seperti itu. Tapi yang aku rasakan…. Laki-laki buatku hanya seorang yang tak pernah punya rasa sayang!
Diana:
tentu Ibu ingat bagaimana sosok lelaki yang pertama kali aku kenal. Ya, ayah. Sejak kecil aku tidak pernah merasa ada setitik kasih sayang dari seorang lelaki. Yang aku tahu, hanya menyiksa, berkata dan bertindak kasar. Dan semua itu membuatku takut bu untuk dekat dengan lelaki. Hingga aku merasa hanya wanita yang memiliki kasih sayang. Dan saat itu wulan hadir lebih dari sekear teman. Dan aku mencintainya bu.
Yanti:
Diana….
Ibu:
tapi ini tidak benar
Wulan:
bukan ini yang tidak benar. Tapi masa lalu!.
Ibu:
maksudmu apa?
Wulan:
aku dan Diana tidak slah di sini
Ibu:
lalu?
Wulan:
yang salah adalah masa lalu. Coba Ibu lihat mainan-mainanku! Bola, mobil-mobilan, pistol, pedang!. Coba lihat pakaian masa kecilku! Apa ada pakaian anak perempuan?. Bukankah almarhum ayah yang ingin anak laki-laki?. Salahkan juga Ayah kalau sekarang mau menyalahkanku!
Ibu:
wulan!, hargai Ayahmu!.
Wulan:
hargai ayah? Dengan posisiku yang dianggap salah saat ini, dan aku anggap ayah adalah penyebabnya, dan aku harus menghargainya?. Boleh. Tapi benarkan hubunganku dengan Diana. Maka aku anggap benar ayahku!
Wulan:
ayahku ingin anak laki-laki, kini aku mencintai perempuan aku tahu. Maaf tante, bu, walau kalian, Negara, bahkan agama tidak merestui kami. Tapi inilah cinta kami, sayang kami. Dan kami akan tetap saling mencintai….  Kalau perlu aku akan pergi dari sini, dari negeri ini. Kami akan mencari tempat dimana kami bisa tetap hidup bersama!
Ibu:
itu lebih baik!
Wulan:
dari pada Ibu dengan dengan anaknya?
Ibu:
dari pada kalian menjadi bahan hinaan orang
Wulan:
baiklah jika itu kemauan kalian. Kami akan pergi
Diana:
apa kalian yakin membiarkan kami pergi? Bu?
Yanti:
sepertinya begitu
Ibu:
kami malu
Wulan:
ya, selamat tinggal (mengajak Diana pergi)
TINGGAL IBU DAN YANTI BERDUA MUSIK MENGALUN PELAN LAMPU PERLAHAN MATI
SELESAI

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Naskah Teater Realis Disaster

Naskah Surealis "FAILED"

Naskah Monolog Pendek "Aku Ibumu" A. Shodiq