Bapak Dam "Opera Jaran Goyang" Produksi Sangbala Next Theatre
Dapatkan pautan
Facebook
X
Pinterest
E-mel
Apl Lain
Potret Bapak Dam si kaya raya yang sombong dan gokil dalam lakon OPERA JARAN GOYANG Karya Roseta Peron Sutradara Rodli TL. Produksi Sangbala Next Theatre Lamongan.
DISASTER Oleh: Ahmad Shodiq Pemain: 1. Lina 2. Tatik (Ibunya Lina) 3. Kartika 4. Ibu Dewi (Guru) Setting menunjukkan rumah sederhana, terdapat beberapa kursi, meja makan. - Musik mengalun lirih, lampu perlahan menyala focus ke arah meja makan. Ibu: (masuk dari luar rumah membawa cucian kotor) Lina: (masuk dari kamar, mencari Ibunya hendak bepamitan berangkat sekolah) Ibu, Ibu, aku berangkat. Ibu: pagi benar berangkatnya nak? Lina: iya Bu biar santai di perjalanan Ibu: hm, padahal Ibu ingin bicara sesuatau. Tapi kalau kamu buru-buru.. Lina: Memang Ibu ingin bicara apa? Tidak apa-apa. Kan ini masih sangat pagi Bu. Ibu: (berfikir) ehm…. Bagaimana sekolahmu nak? Lina: semua baik-baik saja, Ibu tidak usah terlalu memikirka...
FAILED Karya: Ahmad Shodiq Pemain: 1. Orok 2. Dewi 3. Mario 4. Dokter SETTING PANGGUNG ADA SILUET DI SEBELAH KIRI BELAKANG PANGGUNG MENGHADAP SEDIKIT SERONG. LEVEL BERUKURAN 2X2 DILETAKKAN MIRING DI SEBELAH KANAN TENGAH YANG TELAH DITEMPATI OROK. MUSIK PERLAHAN MENGALUN, LAMPU SILUET MENYALA BIRU, TERJADI ADEGAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH MARIO DAN DEWI, ADEGAN DIMULAI DENGAN MELEPAS TAS SEKOLAH YANG DIPAKAI KEDUANYA. LAMPU SILUET PADAM, MUSIK MENGALUN LEBIH KERAS. KEMUDIA LAMPU YANG MENGARAH KE PANGGUNG BAGIAN DEPAN MULAI MENYALA NETRAL. TERLIHAT LEMPARAN SERAGAM SMA, DAN PAKAIAN DALAM KE ARAH SOROT LAMPU DEPAN. LAMPU SILUET KEMBALI MENYALA, DENGAN WARNA NETRAL. SUDAH TERLIHAT DEWI BERPOSISI MENDAK DENGAN MEMBAWA KENDIL DI ARAHKAN KE PINGGUL SEBELAH KIRI, DAN MARIO MEMBAWA KENDI YANG DIPEGAN DI ATAS KEPALANYA BE...
AKU IBUMU (masuk memainkan rambut. Menunjukka kecantikan, kebanggan dan kebahagiaan) Menjadi ibu, Cantik dan fisik menarik, Kaya raya Itu aku. Bangga, bahagia. (Murung) Itu yang seharusnya selalu kurasa. (Kembali mecoba Tersenyum) Bagaimana tidak? Semua yang ada padaku membuat semua mata yang meatapku ingin memiliki stiap jengkal dariku. (Mulai terlihat murung lagi dengan pandangan kosog) Tak terkecuali anak-anakku. Itu yang kadang membuatku harus memilih rasa, bangga dan bahagia, atau harus berduka? (Mulai sedih) Anakku, pun ingin memilikiku. (Sedih bercampu marah) Tidak Cuma satu, hampir mereka yang pernah kulahirkan dari rahimku berhsrat kepadaku. Tak jarang mereka bersikut dengan saudaranya demi menguasai ibunya. Kedekatannya denganku bukan untuk melindungiku dari tangan orang lain yang ingin menjamahku. (semakin merasa sakit, sedih, marah) Justru tangan-tangan yang di dalamnya mengalir darahku, di tangan-tangan yang tergumpal dari dagingku, d...
Ulasan
Catat Ulasan