Sudut Panggung

VIRULENT Pemain: 4 Pemeran Virus, 9 Pemeran Manusia Manusia²: (on stage, duduk berformasi) mereka datang, mereka menyerang, mereka mendekat, mereka tak terlihat, mereka jahat. (Diulang-ulang, satu persatu makai faceshild kemudian berganti dialog) mereka ada, seperti tak ada, semua berubah, apa kabar dunia? Virus²: (on stage berdiri di belakang pada level) LAMPU MENYALA Manusia²: (bernyanyi) Tlah datang, datang dan menyerang, orang-orang. Tlah dekat, mreka tak terlihat, dan jahat. Mereka ada, tapi tak ada, semua berubah, apa kabar dunia? 3X Virus²:(masuk, tertawa) Manusia²: (merespon, berlari ketakutan) Virus²: Selamat berjumpa wahai para makhluk ciptaan Tuhan, terutama kalian wahai para manusia. perkenankan kami bicara. Manusia 1: hei, sebelum bicara, tak kenal maka...... kenalan. Kenalan dulu dong..! Virus 1: baiklah, perkenalkan, kami juga adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana anda ketahui, sama seperti anda. Manusia²: hemh? (Heran) Virus 2: Mungkin perbedaan mencolok antara kami ...

Oleh Heri Listianto PROFIL TEATER LAMONGAN Melihat perkembangan teater lamongan tidak lepas dari sejarah-sejarah perteateran yang lama sudah kita kenal sebelum berdirinya teater-teater modern. Lebih-lebih teater yang sifatnya legendaris di jaman dahulu. Contohnya saja Seni Kentrung yang dalam hal ini bisa juga kita kategorikan dalam bentuk seni teater. Terkait dengan hal itu saya sangat terkesan dan bangga saat mengikuti launcing buku  " Profil Teater Lamongan" pada 04 Oktober 2020 oleh Dewan Kesenian Lamongan (DKL) tersebut. Apa yang membuat saya berkesan? ... Pertama, selain Terealisasinya Buku Profil Teater lamongan sebagai wujud dan saksi akan adanya teater serta saksi adanya kegiatan berteater di Lamongan, yang Ke-2 adalah kesan saya adalah terpapar secara gamblangnya ketika muncul Pemenntasan Kentrung yang berjudul  " Lamaran" oleh Ahmad Shodiq sebagai Pemeran yang semakin memunculkan kekhasan yang u...

Berita Lengkap Klick ! Jatim Art Forum Dewan Kesenian Jawa Timur 2020 di Sangbala "TEATER ADALAH PENYADARAN" Satu frasa yang bahkan saya lupa diucapkan siapa, tapi sejak malam itu saya yang selama ini merasa paling sadar justru disadarkan atas ketidaksadaran saya. Ketika saya menyadari suatu hal ada banyak hal lain yang terlewat untuk saya sadari. Proses berteater benar-benar harus dilakukan dengan penuh kesadaran untuk pencapaian sadar yang benar-benar sadar. Malam itu sampai sekarang saya merasa ditampar berulang-ulang agar saya sadar dalam rasa yang merasa sadar. Padahal sebenarnya saya belum begitu menyadari. Maka maafkan saya!